Lorong IT – Generative AI seperti ChatGPT bisa menjadi cara cepat saat kamu membutuhkan bantuan. Namun, tak jarang ChatGPT memberikan jawaban yang kurang relevan.
Meskipun teknologi kecerdasan buatan ini mampu mempercepat pekerjaan, hasil dari AI tak bisa ditelan mentah-mentah. Jawaban yang diberikan ChatGPT bisa jadi terlihat sesuai tapi ternyata keliru, tidak kredibel, atau bahkan plagiat.
Bagus Jati Santoso, PhD selaku Kepala Subdirektorat Pengembangan Akademik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengatakan jika jawaban yang diperoleh dari AI tetap memerlukan validasi. Menurutnya, generative AI hanyalah sebuah alat, pengguna harus tetap bertanggung jawab atas akurasi dan relevansi hasilnya.
“Pengguna harus mengkritisi apapun luarannya generative AI. Barulah ketika kita berhasil mengkritisi Generative AI, manfaatnya akan luar biasa, baik untuk membuat bahan ajar atau menyusun silabus bagi para dosen, mendukung proses penelitian para mahasiswa dan pelajar, dan banyak manfaat lainnya,” kata Bagus dalam keterangan resmi yang diterima detikEdu, Senin (2/12/2024).
3 Cara Agar ChatGPT Berikan Jawaban yang Akurat
1. Bangun Literasi AI
Generative AI bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran di berbagai lini pendidikan. Namun mereka harus memiliki kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan berinteraksi secara efektif dengan teknologi kecerdasan buatan.
Hal ini disebut Bagus Jati sebagai “Literasi AI”. Dengan memiliki literasi, maka dosen dan mahasiswa dapat memahami jika hasil jawaban dari AI tidaklah sempurna.
Hal ini disebut Bagus Jati sebagai “Literasi AI”. Dengan memiliki literasi, maka dosen dan mahasiswa dapat memahami jika hasil jawaban dari AI tidaklah sempurna.
“Literasi AI tidak hanya tentang memahami cara kerja teknologi, tetapi juga kemampuan untuk menilai kualitas informasi yang dihasilkan, termasuk melihat adanya kesalahan,” katanya.
2. Asah Critical Thinking
Mengasah critical thinking dapat membantu mahasiswa dan dosen dalam memilah jawaban yang diberikan AI. Bagus Jati memandang kemampuan ini dapat membantu dalam mengevaluasi hasil AI secara kritis, mengidentifikasi relevansinya, dan mengambil keputusan berdasarkan data yang valid.
“Generative AI ini hanya sebagai alat bantu, tetapi semua pihak harus memverifikasi, memvalidasi, dan memfinalisasi. Jadi tidak serta merta digunakan, masih banyak proses yang dilalui,” ujarnya.
3. Pilih Generative AI yang Tepat
Ada beragam aplikasi Generative AI di internet dengan keunggulan penggunaanya masing-masing. ChatGPT dan Claude unggul di bidang percakapan, Scite di bidang riset ilmiah, Gamma di bidang pembuatan presentasi, daan SEVI AI untuk menjelaskan regulasi dan berbagai kebutuhan dunia pendidikan tinggi.
Dengan memilih Generative AI yang tepat, dosen dan mahasiswa akan mendapatkan jawaban yang lebih akurat.
“Misalnya, ingin hasil penelitian yang lebih mendalam dengan sitasi dari jurnal terbaru dan relevan, maka manfaatkan Generative AI yang sesuai, sembari tetap didasari dengan Literasi AI dan Critical Thinking. Karena lagi-lagi, Generative AI adalah alat bantu, bukan menggantikan kemampuan intelektual manusia,” tutup Bagus Jati.
sumber : www.detik.com